Kamis, 29 Agustus 2019

Peran dan Pengaruh Martin Luther




Peran dan Pengaruh Martin Luther dalam Kekristenan

Gambar terkait
http://oppgavebloggen.blogspot.com/2015/05/olav-den-hellige-og-martin-luther.html

1. Pembenaran oleh iman (Sola Fide)

    Ketika hati kita dibutakan oleh pengajaran dari Roma, kami membayangkan bahwa Tuhan seperti penjual anugerah karena apa yang dilakukan atau karena pencapain sesuatu, tetapi ketika datang terang Injil kami mengetahui bahwa kami dibenarkan hanya karena iman di dalam Kristus. Allah secara inisiatif memberikan keselamatan kepada orang yang telah mati. Di hadapan Allah kita pasif atau berada pada keadaan mati. Penebusan hanya dimungkinkan melalui kebenaran pasif dan bukan melalui perbaikan bertahap sifat manusia (kebenaran aktif). Manusia sangat membutuhkan karunia rahmat dan iman yang supernatural dari Tuhan, sehingga dapat hidup kembali karena mendapat keselamatan dari-Nya. Pembenaran, yaitu bahwa kebenaran Kristus diperhitungkan kepada orang-orang berdosa yang sepenuhnya diampuni demi Yesus, jadi bukan karena perbuatan baik dan buruk mereka. Mereka diselamatkan hanya kasih karunia. Kebenaran Allah, kata Luther, dari Roma dan Galatia, adalah “kebenaran alien” yang harus ditanamkan dan dimasukkan ke dalam orang berdosa hanya dengan iman.

     Martin Luther menyampaikan “Kebenaran alien ini ditanamkan dalam diri kita tanpa karya-karya kita hanya karena anugerah dan Dia beranugerah berlawanan dengan dosa asal. Kebenaran alien juga disebut karena keselamatan yang manusia peroleh tanpa perbuatan melainkan hanya melalui kelahiran semata atau pembenaran yang membuat kita hidup dari kematian”. Kebenaran Alien menjadi milik orang berdosa melalui iman kepada Kristus dan tanpa perbuatan kasih karunia di dalam diri kita (kebenaran kita yang adil-benar) (Santrac, 2017).

     Hasil dari iman (kebaikan, cinta, kegembiraan, kepercayaan diri) juga mewakili sifat keseluruhan dari kehidupan yang berkembang dari setiap orang percaya sebagai respons dari keselmatan yang Dia berikan kepada manusia. Iman membuat kita menjadi manusia yang cantik dan holistik yang rela menderita, mencintai, mempraktekkan kesalehan dan melayani tanpa pandang bulu. Iman mendorong kita untuk menyembah kebenaran, keindahan, dan kebaikan Pencipta yang Mahakuasa (Santrac, 2017).

     Menurut Luther, pertobatan adalah karakteristik seluruh kehidupan, bukan sebuah tindakan sesaat. Keselamatan adalah anugerah yang diterima hanya didalam Kristus (Sola Christo), hanya melalui anugerah (Sola Gracia), hanya di dalam iman (Sola Fide). Namun itulah keselamatan, dan keselamatan berarti orang percaya benar-benar diselamatkan. Jika tidak, berarti tidak dapat mengenal Kristus sebagai Sang Juruselamat (Mawikere, 2017, hal. 2). Salah satu dalil yang juga sangat terkenal saat masa ini adalah dalil nomor 62 yang menyatakan bahwa, “Harta sejati gereja ialah injil yang mahasuci tentang kemuliaan dan rahmat Allah”. Martin Luther menekankan bahwa pertobatan sejati adalah hal yang tidak dapat diselesaikan dengan gereja, melainkan sebuah proses pembersihan rohani yang berlangsung setiap waktu seumur hidup (Kooiman, 2006).

     Reformasi Luther dimulai bukanlah dengan pembaharuan gereja tetapi dimulai dengan pembaharuan dalam pemahaman mengenai cara manusia memperoleh keselamatan. Bertitik tolak dari pemahamannya terhadap Roma 1:16-17, ia kemudian memformulasikan imannya akan keselamatan dengan rumusan “tiga sola” yakni ; sola fide, sola gratia dan sola scriptura. Pemahaman ini membawanya untuk menuntut kekeliruan Gereja Katolik dengan menempelkan 95 dalil (tesis) di depan pintu Gereja Wittenberg yang mengumumkan pemahamannya akan penyalahgunaan surat penghapusan siksa, dengan menyatakan bahwa paus tidak berhak untuk mengampuni dosa sebab hanya Allah yang dapat mengampuni dosa (Sinaga, 2018, hal. 7).


2. Konsep tentang dua kerajaan (kerajaan dunia dan kerajaan Allah) 

     Hal ini masih relevan sampai sekarang, baik untuk orang Kristen individu maupun untuk gereja Kristen. Ajaran ini mengajarkan tugas utama gereja: untuk mengkomunikasikan Injil Kristus kepada para anggotanya dan kepada dunia yang terhilang. Di mana masalah-masalah sekuler mendominasi khotbah, pengajaran, dan penyembahan gereja, bukanlah kerajaan Allah yang memancar ke dunia, tetapi dunia yang jatuh yang memaksa masuk ke dalam kerajaan Allah. Hasilnya adalah sebuah gereja yang melakukan semacam sekularisasi diri, seperti yang dapat diamati saat ini, misalnya, di Gereja Protestan Jerman atau gereja Lutheran di Swedia dan Denmark. Bahaya yang sama ada ketika otoritas negara memilih para pemimpin gereja yang didirikan, seperti halnya dengan Gereja Inggris. Kemungkinan penunjukan ini pertama dan terutama bermotivasi politik sangat tinggi (Prill, 2005).


Daftar Pustaka:

Kooiman, W. (2006). Martin Luther: doktor dalam kitab suci :reformator  gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Mawikere, M. C. (2017). Perbandingan teologi keselamatan antara katolik dan protestan sebelum dan sesudah gerakan reformasi. Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat, 1(1), 1-18.
Prill, T. (2005). Martin Luther, the two kingdoms, and the church. Evangel, 23(1
           84227- 291-8), 17-21.
Santrac, A. S. (2017). The legacy of Martin Luther’s Sola Fide. In die Skriflig, 51(1), 1-7. doi: https://doi.org/ 10.4102/ids.v51i1.2275
Sinaga, E. (2018). Identitas dan panggilan gereja dalam perspektif lutheran. Jurnal Teologi Lutheran, 1(1), 1-15.

1 komentar:

LAINNYA

tambahan page

 tes  Video tentang keilahian Kristus https://youtu.be/GCChzma2gWo?list=RDMMGCChzma2gWo https://youtu.be/GCChzma2gWo?list=RDMMGCChzma2gWo Vi...

TERBARU